Penyimpangan Abu Sangkan Dengan Bukunya : Pelatihan Sholat Khusyu'

Oleh : Al-Ustadz Abu Umamah Abdurrohim bin Abdulqohhar al-Atsary

Di dalam bab ini akan saya terangkan pinyimpangan-penyimpangan Abu Sangkan berdasarkan kajian saya terhadap buku – buku karya Abu Sangkan yaitu Pelatihan shalat Khusyu’, penerbit Yayasan Shalat Khusyu’, cetakan ke 13, Berguru Kepada Allah
Penerbit Yayasan Shalat Khusyu, cetakan ke 13, Makalah – makalah Pelatihan Shalat Khusyu’ dari para pelatih yang datang ke wilayah saya, diantaranya Drs. Shodiq dari Malang, Drs Moh. Fahri, MM dari Malang dan saudara Sukana,Sag dari Surabaya, dan DVD Pelatihan Sholat Khusyu’ karya Abu Sangkan.

Sebelum kita membahas penyimpangan – penyimpangan Abu Sangkan sedikit terlebih dahulu kita membahas dulu tentang hukum mengghibahi, mencela dan melaknat tokoh sesat (ahli bid’ah) sebagai dasar agar tidak dikatakan sok benar sendiri, lisan kotor, akhlaknya jelek, dan tuduhan – tuduhan jelek lainnya kepada penulis.

Ketahuilah sesungguhnya di antara prinsip Ahlussunnah wal jama’ah adalah menyakini bahwa mengghibahi saudara sesama muslim itu hukumnya harom, tetapi tidaklah mutlak, ada ghibah yang diperbolehkan diantaranya;
1. Menyebutkan keadaan orang yang zholim.
2. Menyebutkan identitas seseorang.
3. untuk memperingatkan manusia dari kejahatan seseorang (tahdzir)
4. Orang muslim yang berbuat maksiat secara terang – terangan.
5. orang yang meminta fatwa dan.
6. Orang yang meminta pertolongan untuk menghilangkan kejahatan.
Maka 6 orang golongan diatas tersebut boleh dighibahi, sedangkan asal hukum ghibah adalah harom dan termasuk dosa besar karena Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“ Hai orang – orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purbasangka (kecurigaan), karena sebagian purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”(QS. Al-Hujurot:12)



Demikian juga ahlussunah meyakini wajibnya menghinakan tokoh penyesat (ahli bid’ah) dan harom memuji dan memulyakannya,prinsip ini berdasarkan dalil shohih yaitu firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala :

“Hai Nabi , berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah Jahanam, dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya”.(QS. At Taubah:73)

“Sesungguhnya orang orang yang menentang Alloh dan Rosul-Nya, pasti mendapat kehinaan sebagaimana orang-orang sebelum mereka telah mendapat kehinaan. Sesungguhnya Kami telah menurunkan bukti-bukti nyata, dan bagi orang-orang kafir ada siksa yang menghinakan”.(QS.Mujadilah

:5)

Hadits shohih yaitu sabda Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam :
"Al madinah itu negeri harom,barang siapa yang berbuat bid’ah di dalamnya atau membela kebid’ahan maka dia dilaknat Alloh, Malaikat dan seluruh manusia”.(HR.Muslim)

Demikian juga banyak kita dapati perkataan ulama’ ahlussunnah wal jama’ah, ulama’salaf tentang wajibnya menghinakan tokoh penyesat (ahli bid’ah), diantaranya:

1) Telah berkata al-Imam Ibrohim bin Maisaroh Rahimahullah :

“Barang siapa yang menghormati tokoh – tokoh penyesat (ahli bid’ah) bearti ia telah menolong menghancurkan Islam”.
(Mauqif: 2 / 571)

2) Telah berkata al-Imam al-Fudloil bin ‘Iyad Rahimahullah :
“Barangsiapa yang menghormati tokoh bid’ah sungguh dia telah menolong menghancurkan Islam, barangsiapa yang tersenyum dengan tokoh penyesat sungguh dia telah menyamarkan apa yang Alloh turunkan kepada Muhammad”. (Mauqif: 2 / 572)

Berdasarkan dalil – dalil di atas maka merupakan prinsip ahlussunnah wal jama’ah bahwa mengghibahi, mencela, menghinakan dan melaknat tokoh – tokoh sesat, ahli bid’ah, pengikut langkah – langkah syetan, bukan akhlak yang buruk tetapi perbuatan tersebut merupakan:

1. Termasuk jihad amar ma’ruf dan nahi munkar yang lebih afdol dari pada berjihad dengan pedang melawan orang kafir.
2. Pelaksanaan perintah Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan Rosul–Nya.
3. Untuk menjaga kemurnian Islam.
4. Menjaga Islam agar orang yang awam tidak mengikuti tokoh – tokoh sesat sehingga selamat dari kesesatan.

Sehingga berdasarkan prinsip Ahlussunnah wal jama’ah ini dan dari kajian saya terhadap buku – buku Abu Sangkan maka lewat buku ini saya sampaikan hak – hak Abu Sangkan dari karyanya, dengan harapan mudah – mudahan:

a) Ihklas karena Alloh Subhanahu wa Ta’ala.
b) Bersih dari sifat hasud dan dengki kepada Abu Sangkan.
c) Sebagai nasehat kaum muslimin terhadap bahayanya Abu Sangkan dan buku – bukunya.
d) Sebagai nasehat terhadap Abu Sangkan dan yang terpengaruh dengannya serta para kader Abu Sangkan untuk segera bertaubat kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala.
e) Terkhusus nasehat ini terhadap Abu Sangkan untuk segera bertaubat kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala atas penyimpangandan akibat yang telah dihasilkan.

Bertaubat dari kesesatan bagi Abu Sangkan sungguh merupakan perkara yang sangat berat-kecuali Alloh Subhanahu wa Ta’ala benar – benar mencurahkan Rohmat-Nya kepadanya- karena :

1. Dia sudah lama asyik dengan khayalan – khayalan syaithoniyah.

2. Kebanyakan tokoh sesat itu merasa di atas hidayah sehingga sulit dinasehati kecuali mendapat rohmah dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Semoga Abu Sangkan dan yang telah mengikutinya mendapat rohmat dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala.

3. Kebanyakan tokoh sesat siap membela kesesatannya walaupun harus mengorbankan nyawanya, hal ini telah dialami oleh tokoh sufi dan filsafat sebelumnya seperti Abu Mansyur al-Hallaj yang mati dibunuh, Ibnu ‘Arobi al-Hatimi, Ja’d bin Dirham, Aburrohman bin Muljam, Imam Samudra dan lain-lain.

4. Kesesatan disamakan oleh Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam seperti rabies (penyakit anjing gila). Anjing kalau sudah terjangkit virus rabies memiliki dua sifat jelek yaitu galak dan seperti kehausan tetapi tidak mau minum sampai mati kehausan. Demikian juga orang yang terjangkit hawa nafsu seperti ingin mengetahui kebenaran tetapi kalau dijelaskan tidak mau terima dan siap mati untuk membela kesesatnnya.
Rosululloh bersabda:

”Sesungguhnya akan keluar dari umatku suatu kaum yang mengikuti hawa nafsu, menjangkitinya seperti rabies yang masuk keseluruh sendi dan urat (pada anjing)”. (HR. Ibnu Abi Ashim)
Adapun penyimpangan – penyimpangan Abu Sangkan adalah seperti berikut: 
Abu Sangkan Telah Mengada-ada Dalam Agama
Mengada – ada dalam agama Islam baik menambah atau mengurangi merupakan buah dari buruk sangka kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala serta merupakan bentuk penentangan dan pembangkangan kepada keputusan Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang telah memutuskan bahwa agama Islam ini sudah sempurna, tidak butuh penambahan, pengurangan, dan perubahan. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridloi Islam menjadi agama bagimu”. (QS. Al-Maidah: 3)

Telah berkata al-Imam Malik Rahimahullah terhadap ayat ini:
“Barangsiapa mengada-ada dalam Islam dengan suatu bid’ah dan dia anggap bid’ah hasanah sungguh dia telah menuduh Rosululloh telah mengkhianati risalah, karena Alloh berfirman: “Pada hari ini telah Aku sempurnakan Islam sebagai agama untukmu” maka apa yang bukan agama pada hari itu bukan agama juga pada hari ini”.

“Sesungguhnya perumpamaanku dengan para nabi sebelumku seperti seseorang yang membangun sebuah rumah, maka dia memperbagus dan mempercantik kecuali satu tempat bata di suatu sudut (yang belum terpasang) maka manusia mengelilingi rumah tersebut dan mereka terkagum dengan keindahan rumah tersebut dan mereka berkata: Sekiranya ada orang yang bisa memasang bata itu? Beliau bersabda: “Maka akulah bata itu dan aku adalah penutup para nabi”. (HR. Bukhori dan Muslim)

“Barang siapa mengerjakan suatu amalan yang tidak ada padanya perintah kami maka amalan tersebut tertolak”. (HR. Muslim)

“Sesunggunya sebaik - baik pembuicaraan adalah Kitabulloh dan sebaik – baik petunjuk adalah petunjuknya Muhammad, dan sejelek – jelek perkara adalah yang diada – adakan dalam agama adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat dan setiapa kesesatan di neraka”. (HR. Muslim)

Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga bersabda:

“barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk maka dia mendapat pahala sebanyak orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan maka dia mendapat dosa sebanyak orang yang mengikutuinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun”. (HR. Muslim)

Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga bersabda:
“Barangsiapa yang membuat suatu cara yaitu cara yang baik kemudian diikuti maka dia mendapat pahalanya dan mendapatkan pahala sebanyak orang yang mengikuti tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun, dan barangsiapa yang membuat suatu cara yang jelek kemudian diikuti maka dia mendapat dosanya dan dosa sebanyak orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun”. (HR. Tirmidzi)

Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga bersabda:
“Barangsiapa membuat perkara baru dalam agama atau membela perbuatan baru yang diada – adakan maka baginya laknat Alloh dan para malaikat serta mendapat laknat seluruh manusia”. (HR. Bukhori dan Muslim)

Di Mana Perbuatan Abu Sangkan Yang Katanya Mengada – ada Dalam Agama?
1) Membuat ajaran pelatihan sholat khsyu’ amalan ini tidak pernah diamalkan oleh para ulama’, tidak pernah diamalkan oleh para imam ahlussunnah, tidak pernah diamalkan oleh tabi’ut tabi’in, tabi’in, para shohabat maupun Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sehingga ajaran pelatihan sholat khusyu’ ini benar – benar baru yang diada –adakan oleh Abu Sangkan dari Indonesia. Ajaran ini tidak kita dapatkan di Negara – negara lain.

2) Cara – cara sholat khusyu’ yang disampaikan oleh Abu Sangkan adalah cara – cara baru yang tidak ada di dalam kitab – kitab kaum muslimin sehingga ajaran sholat khusyu’ ala Abu Sangkan ini betul – betul versi Abu Sangkan. Abu Sangkan sendiri telah mengatakan dalam DVD-nya bahwa sholat khusyu’ yang dia ciptakan itu adalah produk baru versi Abu Sangkan. Dia berkata: “Sholat khusyu’ menurut paradigma kami” dia juga berkata: “Sholat khusyu’ menurut teori kami”.

Ajaran baru versi Abu Sangkan ini bisa kita baca di dalam buku – buku dia baik di dalam buku Pelatihan Sholat Khusyu’ ataupun di dalam buku Berguru Kepada Alloh. Hampir semua cara sholat yang dijelaskan oleh Abu Sangkan adalah cara baru atau tepatnya disebut Muhdats mulai dari cara wudlu’ sampai cara berdzikir ba’da sholat. Contoh yang sangat jelas:

1) Halaman 58-59 buku Pelatihan Sholat Khusyu’ karya Abu Sangkan cetakan ke 13, penerbit Yayasan Sholat Khusyu’, Abu Sangkan berkata:

“Cara memasuki sholat…….

a) Heningkan pikiran anda agar rileks. Usahakan tubuh anda tidak tegang. Tak perlu konsentrasikan pikiran sampai mengerutkan kening
b) Biarkan tubuh anda meluruh, agak lemaskan atau bersikap serileks mungkin
c) Kemudian rasakan getaran qolbu…..
d) Bangkitkan kesadaran diri…..

Dan seterusnya ada sembilan poin sampai halaman 59.

2) Pada halaman 64 ketika menjelaskan cara berwudlu’, Abu Sangkan berkata:

a) Mulailah dengan mengucapkan…Hubungkan jiwa anda kepada Alloh…
b) Cucilah kedua tangan Anda dengan air mutlak. Pastikan hati tetap bersambung dengan Alloh…dst
c) Hadirkan jiwa Anda kepada Alloh. Dan seterusnya sampai 8 poin.

3) Pada halaman 71-78, Abu Sangkan menjelaskan cara wudlu’ dengan cara meditasi.

4) Pada halaman 82-98, Abu Sangkan menjelaskan cara sholat dengan gaya meditasi.

5) Pada halaman 104-116, Abu Sangkan menjelaskan cara berdzikir dengan cara meditasi. Sedangkan di dalam buku Berguru Kepada Alloh hanyalah pengulangan saja tanpa ada perbedaan.

Setelah saya cek di dalam kitab-kitab fiqih karya para ulama’ ahlussunnah baik yang berupa matan maupun yang berbentuk syarah (penjelasan para ulama’), ternyata apa yang dijelaskan Abu Sangkan di dalam buku – bukunya hanyalah kutipan dengan beberapa perubahan dari Abu Sangkan yaitu Abu Sangkan menukil cara – cara meditasi yang baik meditasi diam atau meditasi gerak seperti taichi, kemudian dimasukan ke dalam cara - cara berwudlu’, cara – cara sholat, dan cara – cara berdzikir. Supaya lebih samar Abu Sangkan menutupi perbuatannya ini dengan mencarikan dalil – dalil berupa ayat maupun hadist. Padahal dalil yang dia bawa itu bukan dalilnya-.

Majelis Ulama’ Indonesia (MUI) telah mengeluarkan 10 kriteria aliran sesat dan perbuatan Abu Sangkan ini termasuk kriteria no. 9 yaitu: Merubah, Menambah, Dan Atau Mengurai Pokok – Pokok Ibadah Yang Telah Ditetapkan Oleh Syari’ah.

Abu Sangkan Penganut Sinkretisme
Hal ini sangat jelas dari perbuatan dia yang telah menciptakan sholat khusyu’ dengan caranya sendiri dengan cara memadukan ajaran agama lain ke agama Islam yaitu ajaran agama Hindu Budha dijadikan kaifiyah, sifat atau cara sholat yakni ajaran meditasi atau semedi atau bertapa yang merupakan ajaran pokoknya orang Hindu Budha.

Sinkretisme adalah pembenaran dan pemaduan semua agama. Ajaran Abu Sangkan ini sarat dengan faham sinkretisme atau pluralisme. Contoh:

1) Pada buku Berguru Kepada Alloh hal. 35: Abu Sangkan berkata:

“Barang siapa yang menjaga lingkungannya dan melestarikannya maka ia telah berislam, barang siapa menjaga amanah janji dalam berbisnis serta menuliskannya maka ia telah berislam, barangsiapa meneliti tumbuh – tumbuhan, meneliti benda langit dan kandungan di dalam bumi kemudian ia menemukan manfaatnya maka
ia telah berislam dan mendapatkan ganjaran yang bermanfaat dalam hidupnya. Sebaliknya barangsiapa menghancurkan alam dan menganiaya dirinya dengan tidak menjalankan sunnatulloh maka ia tidak berislam. Sehingga tidak jarang Negara-negara yang mayoritas beragama islam tidak mendapatkan Rohmat dari Alloh bahkan terhinakan dan dijajah orang kafir yang telah memanfaatkan Rohmat dari Alloh. Dari fakta-fakta yang telah kita ketahui, siapakah sebenarnya yang telah kita ketahui, siapakah sebenarnya yang telah berislam?”.

Bagi Ahlussunnah wal Jama’ah perkataan Abu Sangkan ini adalah kekufuran karena bertentangan dengan prinsip ahlussunnah yang telah meyakini bahwa agama-agama selain Islam adalah kafir karena Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan dan telah Ku-ridhai Islam itu agama bagimu”. (QS. Al-Maidah: 3)
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali – kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya, dan Dia di akhirat termasuk orang – orang yang rugi”. (QS. Ali-Imron: 85)

“Demi jiwa Muhammad yang berada di tanganNya tidaklah mendengar tentang aku seorangpun dari ummat ini apakah itu Yahudi atau Nasrani kemudian mati belum beriman dengan yang aku utus kecuali menjadi penghuni neraka”. (HR. Muslim)

Orang Yahudi, Nasrani, Hindu, Budha walaupun telah menjaga lingkungan atau melestarikan-nya dia adalah orang kafir selama belum masuk ke dalam agama Islam dengan mengucap dua kalimat syahadat dan melaksanakan syari’at Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Kalau tidak, maka dia tetap kafir yang terancam kekal di neraka sebagaimana firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:

“Sesungguhnya orang – orang kafir yakni ahli kitab (Yahudi dan nasrani) dan orang – orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk”. (QS. Al-Bayyinah: 6)

Berdasarkan prinsip ini, barangsiapa yang tidak mengkafirkan orang kafir maka dia telah kafir dan murtad keluar dari Islam.

2) Pada halaman 87, Abu Sangkan berkata:

“Oleh karena itu jangan salahkan orang-orang kafir kalau setelah mereka bersungguh-sungguh meneliti dan mendata apa yang mereka baca dari kejadian alam lalu mendapatkan ganjaran atas manfaat membaca ayat kauniyah”.

Ini juga sinkretisme karena secanggih apapun hasil karya dan teknologi orang kafir, mereka tetap kafir, tidak ada manfaat bagi mereka sendiri, harta, dan keluarganya terutama nanti ketika menghadap Alloh walaupun ada manfaat nisbi di dunia. Karena mereka tidak beriman dan belum masuk agama Islam, dan semua perbuatan baiknya tidak mendapat pahala (ganjaran).

3) Pada halaman 174, Abu Sangkan berkata:

“Jepang, Singapura, Perancis adalah kodrat Negara Islami sebab disanalah dasar-dasar filsafat Islam tertanam menjadi budaya yang tertinggi seperti kedisiplinan, ketekunan, kesadaran hukum dan lingkungan”.

Perkataan Abu Sangkan ini membuktikan bahwa Abu Sangkan adalah penganut ajaran kufur yaitu ajaran sinkretisme yang para ulama’ telah sepakat tentang kufurnya ajaran ini berdasarkan dalil-dalil di atas yaitu kafirnya penganut agama selain Islam.

Diantara tokoh ajaran sinkretisme adalah Jamaluddin bin Shofdar al-Afghoni, Muhammad ‘Abduh bin Hasan at-Turkumani, Hasan al-Banna (Pendiri gerakan Islam penganut faham sesat khowarijyaitu Ikhwanul Muslimin atau IM), Hasan at-Turobi (Pimpinan Front Islam Nasional-Sudan), Thoriq Suwaidan dari Kuwait, Dr. Yusuf al-Qordhowi (tokoh IM), di Indonesia ajaran ini digencarkan Prof. Dr. Nurcholis Madjid, Prof. Dr. Harun Nasution, Budy Munawar Rochman dari Yayasan Paramadina, Jakarta, Muhammad Ali dosen IAIN Syarif Hidayatulloh Jakarta, Said Aqil dari PBNU, Jakarta dan seluruh tokoh-tokoh JIL (Jaringan Islam Liberal)1.

Dan masih banyak contoh-contoh ajaran sinkretisme dalam buku Abu Sangkan. MUI telah mengeluarkan fatwa sesatnya faham pluralisme ini dengan no. 7 / MUNAS VII / 10 /2005.
Abu Sangkan Mengatakan Bahwa Al-Qur an Makhluk 
Di dalam bukunya Berguru Kepada Alloh, Abu Sangkan berkata:

1) “Dengan ini saya katakan, bahwa Al-Qur an itu adalah sebuah pengalaman yang muncul dalam jiwa manusia, yang keluar dari jiwa yang baik maupun yang buruk, al-Qur an adalah fitrah manusia”. (Berguru 14)

2) “Al-Qur an hanyalah sebuah berita tentang firman yang ada dalam hati manusia”. (Berguru: 15)

3) “Al-Qur an adalah gambaran hati setiap manusia seutuhnya secara lengkap. Apabila kita memunculkan kejiwaan yang baik dalam diri kita, maka akhlak kita sama dengan Al-Qur an. Demikian juga potensi kejahatan yang ada dalam jiwa kita, apabila dihidupkan maka kejahatan itu akan sama dengan A-Qur’an”. (Berguru : 23)

4) “Karena Alloh sendiri yang memerintahkan membaca Al-Qur’an yang lebih nyata yaitu alam semesta dan apa yang ada pada diri kita sendiri”. (Berguru: 37)

5) “Al-Qur’an kita adalah alam semesta dan diri kita sendiri”. (Berguru: 37)

Para Ulama’ Ahlussunnah telah sepakat (ijma’) tentang kufurnya orang yang mengatakan Al-Qur’an adalah makhluk. Karena Al-Quran itu kalamulloh (sifat Alloh Subhanahu wa Ta’ala) diturunkan bukan makhluk, dari-Nya permulaannya dan kepada-Nya kembali, Alloh Subhanahu wa Ta’ala berbicara dengan Al-Qur’an, dengan taurot, dengan injil, dan lainnya. Bukan makhluk yang terpisah dengannya. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berbicara sesuai dengan kehendak-Nya, sesuai dengan kekuasaannya, dan pembicaraan Alloh Subhanahu wa Ta’ala ada pada dzat-Nya, bukan makhluk yang terpisah dari diri-Nya, disampaikan kepada jibril dan diturunkan kepada hati Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“dan jika seorang diantara orang – morang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar kalamulloh, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui”. (QS. At-Taubah: 6)

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat – ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang – orang yang mempunyai fikiran”. (QS. Shaad: 29)

“Atau kamu mempunyai rumah dari emas, atau kamu naik ke langit. Dan kami sekali – kali tidak mempercayai kenaikanmu itu hingga kamu turunkan atas Kami sebuah kitab yang Kami baca”. Katakanlah: “Maha Suci Tuhanku, bukankah aku ini hanya manusia yang menjadi rasul? Dan tidak ada sesuatu yang menghalangi manusia untuk beriman tatkala datang petunjuk kepadanya, kecuali perkataan mereka: Adakah Alloh mengutus seorang menjadi rosul? Katakanlah: “Kalau seandainya ada malaikat – malaikat yang berjalan – jalan sebagai penghuni di bumi, niscahya Kami turunkan dari langit kepada mereka seorang malaikat menjadi rosul”. (QS. Al-Isro’: 93-95)

Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

“Sekiranya ada seseorang yang membawa aku kepada kaumnya agar aku menyampaikan Kalam Robbku karena Quraisy telah menghalangi aku menyampaikan kalam Robbku”. (HR. Abu Dawud)

Telah berkata al-Imam Amir bin dinar Rahimahullah:

“Aku mendapati para ulama’ semenjak 70 tahun, semua mengatakan Alloh adalah Kholiq (pencipta) dan selain-Nya adalah makhluk kecuali Al-Qur’an. Sesungguhnya Al-Qur’an adalah kalamulloh bukan makhluk, dari-Nya permulaannya dan kepada-Nya kembali”(8)

Telah berkata al-Imam Abu Hanifah Rahimahullah:

”Sesungguhnya al-Qur’an adalah kalamulloh, dari-Nya permulaan, tanpa takyif (9), ucapan-Nya dan ditirukan kepada nabi-Nya berupa wahyu dan mukminin membenarkannya secara hakekat, dan mukminin menetapkan bahwa al-Quran itu adalah kalamulloh (sifat Alloh) secara hakekat bukan makhluk seperti ucapan manusia, barangsiapa yang telah mendengar dan masih mengatakan bahwa al-Qur’an adalah ucapan manusia maka dia telah kafir”.(10)

Telah berkata Imam Malik bin Anas Rahimahullah:

“Telah jelas dari para imam salaf tentang kufurnya orang yang mengatakan al-Qur’an adalah makhluk, maka dia harus disuruh bertoubat, jika tidak mau maka harus dibunuh”.

Telah berkata al-Imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullah:

“Al-Qur’an adalah kalamulloh, barang siapa yang mengatakan al-Qur’an itu makhluk maka dia telah kafir”.

Adapun al-Imam asy-Syafi’i Rahimahullah telah didatangi oleh seseorang yang bernama Hafsh al-Fard, dia berkeyakinan bahwa al-Qur’an itu makhluk, maka al-Imam asy-Syafi’I berkata kepada Hafsh: “Engkau telah kafir”.

Dengan ini jelas bahwa perkataan Abu Sangkan dalam bukunya yang menyatakan bahwa al-Qur’an adalah makhluk merupakan kekafiran atas kesepakatan para kaum muslimin.

Telah berkata asy-Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah;

“Madzab Salaful Ummah dan para imam salaf dari kalangan para shohabat dan yang mengikuti para shohabat dengan baik, dan seluruh imam kaum muslimin seperti imam yang empat, sebagaimana yang ditunjukan dalam al-Kitab dan as-Sunnah dan telah mencocoki dalil akal yang sehat bahwa al-Qur’an itu kalamulloh yang diturunkan, bukan makhluk dari-Nya dimulai dan kepada-Nya kembali. Alloh berbicara dengan al-Qur’an, dengan Taurot, dengan Injil dan dengan lainnya, bukan makhluk yang terpisah dengan-Nya”.(11)

Sungguh perkataan Abu Sangkan ini adalah kekufuran dan celaan terhadap al-Qur’an yang sekaligus telah mencela Alloh Subhanahu wa Ta’ala.
Abu Sangkan Penganut Wihdatulwujud
Buku – buku Abu Sangkan dipenuhi oleh ajaran kufur terjelek, terburuk, kufur terbusuk dan kekufuran paling kufur di muka bumi ini yaitu keyakinan wihdatuwujud yang dalam bahasa jawa dikenal dengan sebutan manunggaling kawulo gusti.
Mulai dari cover depan sampai ke cover belakang isi buku Abu Sangkan adalah ajaran kufur ini, dan terlalu panjang kalau saya sebutkan semua perkataan Abu Sangkan tentang wihdatuilwujud ini tersebut dan saya hanya mengutip secukupnya saja:
.
1. Hal. 52 “Berguru Kepada Alloh” dia berkata:
“Tanah itu dipilih untuk megejawantahkan sifat dua tangan-Ku”.

2. Hal. 54, dia berkata:
“Alloh menyabut tentang Aku ini sebagai roh-Ku”.

3. Hal. 54, dia berkata:
“Yang timbul kesadaran dari yang mampu menembus alam malakut dan Uluhiyah, dimana manusia mampu mencapai puncak eksestensi sejati”.

4. Hal. 56, dia berkata:
“hakekat manusia adalah subtansi immaterial yang berdiri sendiri, bersifat ilahi”.

5. Hal. 57, dia berkata:
“Seluruh makhluk, apakah itu binatang, manusia, tumbuhan, serta bumi dan matahari semuanya bergerak dinamis atas sifat hidup Alloh”.

6. Hal. 60, dia berkata:
“Badanku adalah jagad raya. Kesadaran sudah berubah luas dan menjadi satu kesatuan dengan lingkungan kita. Kesadaran ini akan memudahkan mengidentifikasi siapa diri sebenarnya setelah tahu esensi badan ini yaitu kesadaran hakiki yang menggerakan dan alam semesta”.

7. Hal 61, dia berkata:
“Apabila zat-zat, tubuh manusia dan benda-benda di alam sudah dipahami sebanyak rangkaian kejadian-kejadian, serta menurut kemauan sunnatulloh, maka sebenarnya atom-atom atau zarroh bergerak bukan atas kemauannya sendiri, akan tetapi ada sosok yang bukan dirinya yang menyebabkan atom-atom itu bergerak mengikuti kekuatan-Nya. Dialah yang Maha Basar. Benda-benda kecil itu hanya patuh terhadap Yang Tidak Bisa Diperbandingkan Dengan Sesuatu. Wujud itu begitu absolute. Ternyata benda-benda ini tidak mati, akan tetapi ia bergerak dan dihidupkan oleh Sesuatu Kuasa Yang Maha Besar. Itulah Metakosmos yang hidup, yang perkasa, yang meliputi seluruh benda. Dialah Robbul ‘alamin”.

8. Hal 72, dia berkata:
”Dan karena manusia terikat erat dengan Alloh, pusat ini merupakan tempat di mana mereka bertemu Alloh”.

9. Hal 97, dia berkata:
“Manusia tidak bisa menentukan gerakan ilahi yang mengalir dalam tubuhnya, yaitu gerak hakiki”.

10. Hal 98, dia berkata:
“Kita akan memasuki dunia ketuhanan secara total”.
Apa Wihdatul Wujud Itu?
Wihdatul wujud adalah keyakinan bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu menyatu pada makhluk dan makhluk menyatu pada Alloh Subhanahu wa Ta’ala, jadi semuanya satu. Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu makhluk dan makhluk itu Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Sebenarnya wihdatul wujud ini hanya kata lain atau lafadz lain (sinonim) dari atheis, satu maksud dan satu makna, Cuma beda pengucapan saja, tapi intinya sama, bahwa wihdatul wujud adalah atheis yang disamarkan. Dan munculnya keyakinan wihdatul wujud ini juga dari orang-orang atheis yaitu orang-orang yang mengingkari adanya Tuhan Yang Mencipta dan Mengatur alam ini. Keyakinan ini lebih jelek dan lebih berbahaya dari dari ucapan Fir’aun laknatulloh. Mereka mengatakan bahwa alam ini ada dengan sendirinya yakni Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu sendiri. Keyakinan wihdatul wujud ini adalah sampah-sampah kekafiran, muncul dari orang-orang yang sudah rusak akal dan fitrohnya. Keyakinan ini bukan baru tetapi sudah lama adanya.

Kita telah mengenal tokoh-tokoh wihdatul wujud yaitu para penganut sufi. Berikut saya nukilkan perkataan tokoh-tokoh sufi tentang wihdatul wujud agar pembaca bisa membandingkan dan menarik benang merah keyakinan Abu Sangkan dengan tokoh sufi terdahulu:

1) Telah berkata dedengkot sufi yang bernama Ibnul Faridl:
“Robb (Tuhan) ini mencakup dzat, sifat, nama dan perbuatan-Nya, baik dalam bentuk materi maupun gambaran pikiran. Maka dia adalah hewan, benda mati, manusia, jin, patung dan berhala. Tuhan adalah khayalan dan sangkaan. Sifat, nama, dan perbuatan-Nya sama dengan sifat, nama dan perbuatan hewan, benda mati, manusia, jin, patung, dan berhala, sebab semua itu adalah Dia”.

Dia juga berkata:
“Saya nampak dalam segala wujud bagi siapa yang memandangku.
Dalam segala yang dilihat saya memperlihatkannya dengan pandanganku.
Saya menyaksikan alam ghoibku, jika saya telah nampak maka engkau mandapatiku”.

Dia juga berkata:
“Tidaklah ruang angkasa melainkan dari cahaya dalam diriku.
Dengannya para malaikat memberi hidayah melalui kehendakku.
Tidaklah ada tetes hujan melainkan dari limpahan penampakanku…
Andaikan bukan karena aku maka tidak ada wujud serta tidak ada pemandangan dan tidak diikat perjanjian dan jaminanku.

Tidak ada yang hidup melainkan kehidupan-Nya dan kehidupanku, dan tunduk kepada keimananku semua jiwa yang berkemauan”.

2) Telah berkata thoghut terbesar di alam ini yaitu Ibnu Arobi semoga Alloh Subhanahu wa Ta’ala melaknatnya untuk selamanya:
“Tuhan itu memiliki 2 hal yang berlawanan(12) pada Dzat-Nya dan dua hakekat yang berlawanan pada sifat-Nya. Dia (Alloh) adalah wujud yang hakiki dan dia juga tidak ada(13), Dia adalah Kholik juga makhluk, Dia adalah segala yang ada beserta sifat-Nya, Dia adalah sifat segala yang ada dan tidak ada, Dialah yang haq, yang mulia, dan Dia pula yang batil lagi hina, Dia ide jenius dan Khurofat tolol, Dia adalah lintasan ilham, prasangka keliru, khayalan bingung dan kemustahilan yang tidak terbayangkan oleh akal sama sekali…”.

“Dia orang mukmin, orang kafir, ahli tauhid, musyrik dengan puncak keberhalaan benda mati yang kasar, hewan yang mempunyai indera tajam, malikat yang sujud dibawah ‘arsy, syetan yang berteriak di neraka saqor, ahli ibadah yang mengalir deras air matanya saat bertasbih, penjahat di tempat-tempat kefasikan dengan berbagi dosa-dosa”.

“Robb adalah pemandangan alam yang dapat kamu lihat. Pemandangan alam itu adalah lahiriyah hakekat, sebab Tuhan itulah yang tampak sedangkan Dia adalah batinnya sebab Dialah yang batin”.

Dia juga berkata:
“Hamba adalah Tuhan dan Tuhan adalah hamba.
Aduhai siapa yang akan dibebani,
jika aku katakan hamba maka ini benar atau aku katakana Tuhan.
Sesungguhnya akulah yang membebani”.

Dia juga berkata:
“Wujud kita adalah Alloh Subhanahu wa Ta’ala, kita membutuhkan Alloh Subhanahu wa Ta’ala dari sisi wujud kita dan Alloh Subhanahu wa Ta’ala membutuhkan kita dari sisi penampakan diri-Nya”.

3) Telah berkata tokoh sufi lainnya yaitu si zindiq al Jaili:
”Betapapun engkau melihat tambang bumi dan tanamannya, hewan, manusia dan semua perangainya. Betapapun engkau melihat lautan dan pulaunya, pohon atau bangunan tinggi pencakar langit, maka sesungguhnya sayalah semuanya itu. Semua adalah penampilanku. Sayalah yang nampak dalam hakekatnya, bukan Dia. Sesungguhnya sayalah robb manusia dan pemimpin seluruh makhluk. Nama dan Dzatkulah yang disebutkan”.(14)

4) Telah berkata tokoh sufi lainnya yaitu al-Ghozali:
“Orang-orang bijak setelah naik ke langit hakekat sepakat bahwa mereka tidak melihat dalam wujud ini selain Yang Maha Satu dan Yang Hakiki”.

5) Telah berkata tokoh sufi lainnya yaitu Sadr al-Qonawi:
“Manusia itulah al-Haq. Dialah dzat, sifat, arsy, kursi, lauh, qolam, malaikat, jin, semua langit, bintang-bintang, semua bumi dan yang ada di atasnya, alam akhirat, segala yang wujud dan kandungannya, al-Haq, makhluk, qodim dan hadits”.

6) Sayyid Quthub seorang tokoh IM (Ikhwanul Muslimin), dia berkata:
“Sesungguhnya alam ini adalah kesatuan wujud. Tidak ada disana hakikat kecuali hakikatNya. Dan tidak ada disana wujud yang hakiki kecuali wujudNya. Maka seluruh wujud yang lain hanyalah bersandar wujudnya kepada Wujud Ynag Hakiki”.(15)

Coba pembaca perhatikan baik-baik perkataan tokoh-tokoh sufi ini kemudian bandingkan dengan perkataan Abu Sangkan baik yang ada di dalam buku Pelatihan Sholat Khusyu’ atau dalam buku Brguru Kepada Alloh yang sebagiannya sudah saya kutip, maka isinya sama walaupun redaksinya berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa keyakinan Abu Sangkan sama dengan para tokoh sufi terdahulu karena memang keilmuan Abu Sangkan adalah ilmu tasawuf dan ilmu filsafat. Dan yang sangat menipu umat Islam adalah mereka para tokoh sufi itu mengaku sebagai waliyulloh yang derajatnya di atas para nabi, kemudian mereka menetapkan sendiri thoriqoh menuju Alloh Subhanahu wa Ta’ala tanpa harus mengikuti thoriqoh Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, mereka memiliki jalan sendiri yang tidak diketahui dan tidak ditempuh oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan pengikutnya. Mereka mengaku mendapat wahyu langsung dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala tanpa harus mengambil ilmu dari Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Dalam hal ini telah berkata as-Syaikul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah:

“Barangsiapa beranggapan bahwa di antara para wali yang telah sampai padanya risalah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memiliki thoriqoh sendiri menuju Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan tidak butuh kepada Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sungguh dia kafir mulhid”. (Majmu’: 11/126).

Beliau juga berkata:

Barangsiapa mengatakan: “Saya butuh Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam ilmu dhohir dan tidak butuh pada ilmu batin atau saya butuh Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam ilmu syari’ah bukan ilmu hakekat maka dia lebih jelek dari yahudi dan nashoro yang telah mengatakan: “Sesungguhnya Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah Rosul pada ummiyin bukan kepada ahli kitab” dan sesungguhnya mereka (yahudi dan nashoro) meng-imani (risalah) sebagian dan mengkufuri sebagian maka mereka itupun telah kafir”.

Sehingga keyakinan-keyakinan tokoh-tokoh sufi itu lebih kufur dari Yahudi dan Nashoro karena telah mengatakan Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam itu diutus hanya dengan ilmu dhohir tanpa ilmu batin, mereka tidak butuh dengan ilmu dhohir (Syari’ah) dan mereka memiliki ilmu batin sendiri(16).
Keyakinan wihdatul wujud ini bertentangan dengan keyakinan ahlussunnah wal jama’ah yang meyakini bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu tinggi di atas makhlukNya terpisah dengan makhlukNya dan tidak butuh serta tidak bergantung dengan makhlukNya, Dzat Alloh Subhanahu wa Ta’ala tinggi di atas “ArsyNya sedangkan ilmuNya meliputi segala makhlukNya, dua hal yang tidak bisa disamakan dari segala sisi, Robb ya Robb, hamba ya hamba, tidak bisa difahami bahwa pada makhluk ada DzatNya dan pada Dzat Alloh Subhanahu wa Ta’ala ada makhlukNya, tetapi hal ini menjadi samar dan rancu bagi orang yang hilang akalnya karena gila, pingsan, tidur, atau tidak sadar karena obat, sebagaimana firmanNya:

“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Alloh yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia istawa di atas “Arsy, Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Alloh. Maha Suci Alloh, Tuhan semesta alam”. (QS. Al-A’rof:54)

“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Alloh yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia istawa di atas ‘Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa’at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian Itulah Alloh, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?”. (QS. Yunus: 3)

“(yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang istawa di atas ‘Arsy”. (QS. Thoha: 5)

Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu tinggi di atas makhluk-Nya berikut dalil-dalilnya:

1. Secara jelas dan terang bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu di atas makhlukNya, Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka)”. (QS. An-Nahl:50)

2. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berkuasa di atas makhlukNya, firmanNya:

“Dan dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya. Dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al-An’am:18)

3. Naiknya Malaikat dan ruh kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan yang namanya naik itu ke atas bukan ke bawah atau kesamping, firmanNya:

“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun”. (QS. Al-Ma’arij: 4)

4. Diangkatnya sebagaian makhlukNya kepadaNya dan yang namanya diangkat juga dari bawah ke atas bukan kebawah atau kesamping, firmanNya;

“Hai Isa, Sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku”. (QS. Ali Imron: 55)

5. Alloh Subhanahu wa Ta’ala Maha Tinggi diatas makhlukNya baik Dzat, kedudukan maupun kemulianNya, firmanNya:

“Dan Alloh Maha Tinggi lagi Maha Besar”. (QS. Al-Baqoroh: 255)
6. Penjelasan bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala menurunkan al-Kitab itu dari atas kebawah bukan dari bawah keatas atau dari bawah kesamping, firmanNya:

“Kitab( al-Qur’an ini) diturunkan oleh Alloh Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. Az-Zumar: 1)

7. Pengkhususan sebagian makhlukNya yang berada disisiNya, firmanNya:

“Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya”. (QS. Al-Anbiyaa’: 19)

8. Diangkatnya kedua tangan ketika berdo’a, dalam hadits disebutkan:

“Sesungguhnya Alloh malu terhadap hambaNya yang berdo’a dengan mengangkat kedua tangannya untuk menolaknya tidak mengabulkannya”. (HR. at-Tirmidzi)

9. TurunNya Alloh Subhanahu wa Ta’ala kelangit dunia tiap sepertiga malam terakhir, Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

“Robb kita turun ke langit dunia tiap malam yaitu pada sepertiga malam terakhir kemudian menyeru: “Barangsiapa yang berdo’a kepadaKu akan Ku kabulkan, Barangsiapa yang meminta kepada-Ku akan Aku beri, dan barangsiapa yang meminta ampun kepada-Ku maka akan Ku ampuni”. (Muttafaqun’alaih)

10. Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memberi isyarat dengan jari telunjuknya yang diarahkan keatas, dalam hadits disebutkan:

“Kalian akan ditanya (oleh Alloh) tentang aku maka apakah yang akan kalian katakan (pada Alloh)? Mereka menjawab: “Kami telah bersaksi bahwa sesungguhnya engkau telah menyampaikan, engkau telah menunaikan, dan engkau telah menasehati, kemudian beliau mengangkat tangannya yang mulia ke langit mengarahkan ke Yang Di Atas segala sesuatu sambil berkata: Ya Alloh persaksikanlah”. (Muttafaqun’alaih)

11. Fir’aun laknatulloh meyakini bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu ada dilangit, dia berkata kepada pembantunya:

“Dan berkatalah Fir’aun: “Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang Tinggi supaya Aku sampai ke pintu-pintu (yaitu) pintu-pintu langit, supaya Aku dapat melihat Tuhan Musa dan Sesungguhnya Aku memandangnya seorang pendusta”. (QS. Al-Mu’min: 36-37)

Keyakinan Fir’aun ini tidak seperti keyakinannya Abu Sangkan dan pengikutnya yang mengatakan bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu dimana-mana dan menyatu dengan makhluk, sebagai bukti bahwa keyakinan Abu Sangkan lebih jelek dari keyakinan Fir’aun.

12. Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bolak-balik antara Nabiyulloh Musa dengan Alloh Subhanahu wa Ta’ala pada peristiwa isro’ mi’roj ketika memohon keringanan sholat. (Muttfaqun’alaih)

13. Ahli surga ketika melihat Alloh disurga pada hari kiamat adalah melihat ke atas seperti ketika melihat bulan purnama.


14. Telah ditanyakan kepada al-Imam Abu Hanifah Rahimahullah tentang orang yang mengatakan: “Saya tidak tahu apakah Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu di langit atau di bumi? Maka Beliau berkata: “Sungguh dia telah kafir karena Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman:

“Tuhan yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas ‘Arsy”. (QS,Thoha: 5)

Dan ‘Arsy Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu ada di atas langit ke tujuh”, kalau dia berkata bahwa Alloh itu di atas ‘Arsy tetapi saya tidak tahu apakah ‘arsy itu ada di langit atau di bumi? Beliau menjawab: “Sungguh dia telah kafir karena dia telah mengingkari bahwa ‘arsy itu di atas langit ke tujuh”.

Maka sangat jelas dan terang bagi orang yang hatinya masih bersih dari kerancuan-kerancuan bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu istawa di atas Arsy-Nya, tinggi diatas makhlukNya dan turun kelangit dunia tiap sepertiga malam terakhir. Tetapi keyakinan yang terang dan jelas ini menjadi samar bagi hati-hati yang dipenuhi kerancuan-kerancuan sehingga mereka sebisa mungkin untuk memalingkan makna ayat di atas untuk disesuaikan dengan akal dan hawa nafsu mereka dan yang paling parah mereka adalah keyakinan orang-orang tasawuf, ahli kalam, dan ahli filsafat.
Mengapa Mereka (Tokoh-Tokoh Sufi) Itu Berani Berbuat Seperti Itu?
Hal itu merupakan sunnatulloh dan konsekuensi bagi orang yang berpaling dari jalan Alloh Subhanahu wa Ta’ala yaitu jalan yang telah ditempuh Rosululloh dan para shohabat, maka syetan mendatangi mereka untuk menyampaikan wahyu-wahyunya. Sebagaimana firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:

“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Alloh atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Orang-orang itu akan memperoleh bagian yang telah ditentukan untuknya dalam kitab (Lauh Mahfuzh); hingga bila datang kepada mereka utusan-utusan Kami (malaikat) untuk mengambil nyawanya, (di waktu itu) utusan Kami bertanya: “Dimana (berhala-berhala) yang biasa kamu sembah selain Alloh?” Orang-orang musyrik itu menjawab: “Berhala-berhala itu semuanya telah lenyap dari dari kami, “ dan mereka mengakui terhadap diri mereka bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir. Alloh berfirman: “Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka bersama umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelum kamu. Setiap suatu umat masuk (ke dalam neraka), Dia mengutuk kawannya (menyesatkannya); sehingga apabila mereka masuk semuanya berkatalah orang-orang yang masuk kemudian di antara mereka kepada orang-orang yang masuk terdahulu: “Ya Tuhan kami, mereka telah menyesatkan kami, sebab itu datangkanlah kepada mereka siksaan yang berlipat ganda dari neraka”. Alloh berfirman: “Masing-masing mendapat (siksaan) yang berlipat ganda, akan tetapi kamu tidak mengetahui”. Dan berkata orang-orang yang masuk terdahulu di antara mereka kepada orang-orang yang masuk kemudian: “Kamu tidak mempunyai kelebihan sedikitpun atas kami, maka rasakanlah siksaan karena perbuatan yang telah kamu lakukan”. (QS. Al-A’rof:36-39)

“Syetan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal syetan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka”. (QS. An-Nisaa’: 120)

“Dan berkatalah syetan tatkala perkara(hisab) telah diselesaikan: “Sesungguhnya Alloh telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku mengajak kamu lalu kamu mematuhi ajakanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamu-pun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Alloh) sejak dahulu”. Sesungguhnya orang-orang yang zholim itu mendapat siksaan yang pedih”. (QS. Ibrohim: 22)

“Dan ketika syetan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: “Tidak ada seorang manusia-pun yang dapat menang terhadapmu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu”. Maka tatkala kedua pasukan itu telah saling lihat melihat (berhadapan), syetan itu balik ke belakang seraya berkata: “Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu, sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; sesungguhnya saya takut kepada Alloh”. Dan Alloh sangat keras siksa-Nya”. (QS. Al-Anfal: 48)

“Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kapada kawan-kawannya”. (QS. Al-An’am: 121)

Maka jin-jin dan syetan-syetan mendatangi mereka tetapi karena kepandiran tokoh-tokoh sufi itu mereka mengira bahwa yang datang adalah malaikat, kemudian semua wahyu-wahyu syetan itu dijadikan kitab oleh tokoh-tokoh sufi tersebut, mulai dari tokoh sufi terdahulu (17) sampai saat ini dan tidak terkecuali buku-buku Abu Sangkan, yang isinya hanyalah kesesatan dan kekufuran, isinya hanya perusak akal, fitroh, dan hati-hati manusia yang tidak berbeda dengan buku-buku tasawuf terdahulu.

Abu Sangkan Berdusta Kepada Alloh, Rosul-nya dan Kaum Muslimin
Sebagaimana sudah dijelaskan pada bab I bahwa paradigma atau teori atau cara sholat yang dibuat Abu Sangkan hanyalah buah dari khayalan-khayalan Abu Sangkan bukan ilmu yang diwariskan dari Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kepada para shohabat dan yang mengikuti mereka dengan baik sampai kepad para ulama’ maka ini artinya Abu Sangkan telah berdusta kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala, berdusta kepada Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dan berdusta kepada kaum muslimin karena telah mengada-ada ajaran baru dalam agama.

Teori sholat khusyu’ yang dibuat Abu Sangkan bukanlah ilmu yang bisa diamalkan sebagai amal sholeh yang dapat mendekatkan diri kepada Alloh bahkan hanya bisa menjauhkan dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala.
Paradigma sholat khusyu’ Abu Sangkan hanyalah khayalan-khayalan syetan yang belum pernah ada yang mendahului dia dari para ulama’ sebelumnya. Abu Sangkan telah berbicara tentang agama Alloh Subhanahu wa Ta’ala dengan mengikuti bisikan-bisikan syetan, padahal Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman:

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”. (QS. Al-Isro’: 36)

“Di antara manusia ada orang yang membantah tentang Alloh tanpa ilmu pengetahuan dan mengikuti setiap syetan yang jahat, yang telah ditetapkan terhadap syetan itu, bahwa barang siapa yang berkawan dengan dia, tentu dia akan menyesatkannya, dan membawanya ke azab neraka”. (QS. Al-Hajj: 3-4)

”Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Alloh tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab (wahyu) yang bercahaya. Dengan memalingkan lambungnya untuk menyesatkan manusia dari jalan Alloh. Ia mendapat kehinaan di dunia dan di hari kiamat kami rasakan kepadanya azab neraka yang membakar”. (QS. Al-Hajj: 8-9)

“Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu) ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Alloh sedikitpun. Sesungguhnya Alloh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zholim”.

“Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengadakannya Alloh tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah) nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka”.

“Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; :Ini dari Alloh”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan”. (QS. Al-Baqoroh: 79)

Terhadap ayat ini telah berkata asy-syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah:
“Ayat ini sebagai celaan terhadap orang-orang yang telah menyelewengkan ayat untuk dijadikan dalil-dalil kebid’ahan, sebagai celaan terhadap orang yang tidak mau mempelajari al-Qur’an yaitu menjadikan al-Qur’an hanya sebagai bacaan huruf-hurufnya, sebagai celaan terhadap orang yang menulis kitab atau buku yang menyelisihi al-Qur’anuntuk mendapatkan keuntungan dunia kemudian mengatakan: “Ini dari Alloh, ini syari’at agama, ini adalah makna al-Qur’an dan as-Sunnah, ini merupakan pendapat ulama’ salaf, dan merupakan dasar-dasar agama yang wajib diyakini kebenarannya”, ayat ini juga sebagai celaan bagi orang yang menutup kebenaran al-Qur’an dan as-Sunnah”.

Ayat ini telah mengena kepada Abu Sangkan yang telah menulis buku-buku yang bertentangan dengan al-Qur’an dan al-Hadits dengan pemahaman as-Salafushsholih.

Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
“Barangsiapa berkata tentang al-Qur’an dengan akalnya maka dia telah mempersiapkan tempat duduknya di neraka. (HR. at-Tirmidzi)

Abu Sangkan berbicara masalah agama semata-mata dari akalnya yang dikenal dikalangan para ulama’ sebagai ‘aqlani (pemuja akal), musuh-musuh sunnah yang sesat dan menyesatkan, sebagaimana dikatakan oleh Shohabat Umar Ibnul Khoththob Radhiallahu ‘Anhu:


“Para pemuja akal adalah musuh-musuh sunnah, hadits-hadits telah memberatkan mereka untuk menghafalnya, hadits-hadits itupun berpaling darinya sehingga mereka sulit untuk memahaminya, akhirnya mereka mereka berbicara dengan akalnya sehingga mereka sesat dan menyesatkan”. (al-Ibanatussughro)

Teori sholat khusyu’ buatan Abu Sangkan hanyalah kedustaan yang tidak ada gunanya (sia-sia) untuk diamalkan, hanya sebagaimana difirmankan oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala:

“Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan”. (QS. Al-Furqon: 23)

“Amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh”. (QS. Ibrohim: 18)

“Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Alloh disisinya, lalu Alloh memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Alloh adalah sangat cepat perhitungan-Nya”. (QS. An-Nuur: 39)

Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang beramal sesuatu agama yang bukan atas perintah kami, maka tertolak”. (HR. Muslim)

Di antara bukti kedustaan Abu Sangkan bisa kita lihat pada bukunya Pelatihan Shalat Khusyu’, halaman 58-59, dia berkata:

“Cara memasuki shalat, menurut ayat tersebut di atas (yaitu al-Baqoroh: 45-46) ….
1. Heningkan pikiran Anda……dst.
2. Biarka tubuh meluruh……dst.
3. Kemudian rasakan getaran qalbu…..dst…..dst.

Padahal ayat tersebut sama sekali tidak menjelaskan apa yang dikatakan Abu Sangkan diatas, Abu Sangkan hanya mengutip dari cara-cara meditasi atau samedi baik dari Taichi atau dari agama Hindu kemudian dimasukkan ke dalam cara sholat, begitu juga seterusnya mulai cara berwudlu’, cara sholat dan cara berdzikir.

Inilah penyimpangan Abu Sangkan yang paling besar dan paling parah dan uraian ini bukan sebagai batasan bahwa penyimpangan Abu Sangkan hanya ini, masih banyak dan terlalu banyak penyimpangan Abu Sangkan jika ditimbang dengan al-Qur’an dan as-Sunnah. Buku ini saya susun bukan untuk membantah setiap kerancuan Abu Sangkan dan buku-buku karyanya, buku ini disusun untuk memperingatkan kaum muslimin akan bahaya penyimpangan-penyimpangan Abu Sangkan dan buku-bukunya sehingga bahasannya masih bersifat umum. Adapun apabila mau membantah kerancuan-kerancuan Abu sangkan dan buku-bukunya membutuh bahasan khusus dalam buku khusus.

Kiranya apa yang telah saya uraikan di atas tidak kurang dan tidak berlebihan di dalam mensikapi saudaranya sesama muslim, dan saya berharap dan berdo’a semoga Abu Sangkan dan yang mengikutinya bisa mengambil pelajaran untuk kebaikan semuanya, tujuan saya adalah untuk menghilangkan noda dan aib saudaranya agar semuanya berjalan diatas agama yang haq, semoga buku ini sebagai tawashau bilhaq yang dikerjakan ikhlash karena mengharap wajah Alloh Subhanahu wa Ta’ala semata.

Foot Note
--------------
1. As-Syari’ah Vol.01/No.10/ 1425 H/ 2004
8. Fathu Robbil Bariyah...Hal.69
9. Takyif adalah meyakini bahwa sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala itu begini-begini dengan mensifati Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sifat-sifat yang Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak mensifati diri dengan-Nya.
10. Majmu' Fatawa Asy Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah 12/271
11. Majmu' Fatawa Asy Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah 12/25
12. Sama dengan Abu Sangkan ketika menafsirkan arti al-Qur'an dan arti ilham, lihat buku Abu Sangkan Berguru Kepada Allah.
13. Ini sama dengan perkataan jahmiyah yang telah mengatakan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala itu tidak mempunyai nama dan sifat.
14. Dari teks ini mungkin pembaca teringat dengan ucapan fir'aun laknatullah yang telah mengatakan aku adalah tuhanmu yang paling tinggi.
15. As-Syari’ah No.17/II /14246H/ 2005M hal 33.
16. Majmu' Fatawa Asy Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah 11/26
17. Sudah lalu penyebutannya, lihat hal.8

---------------------------------------------------------------------
Dikutip dari Buku “Mengenal Lebih Dekat ABU SANGKAN & Buku-Bukunya (Sang Pencipta Ajaran Baru Pelatihan Shalat Khusyu’) Bab IV, hal.74-89 atas ijin Penulis (Al-Ustadz Abu Umamah Abdurrohim bin Abdulqohhar al-Atsary) dan Penerbit Daar Ibnu Utsaimin Lumajang untuk situs www.darussalaf.or.id
Sumber : http://www.darussalaf.or.id/stories.php?catid=16 

___________________________________
SISI TELAAH LAIN DALAM PERKARA INI 

Kritik terhadap buku Abu Sangkan, "PELATIHAN SHALAT KHUSYU' Shalat sebagai meditasi tertinggi dalam Islam"
Bagi Anda Yang Memiliki Buku Tersebut Silahkan Melihat Pada Halaman-halaman Berikut Untuk Dikoreksi !

Pernyataan-pernyataan Abu Sangkan;

Dalam halaman judul tertulis:
Pelatihan Shalat Khusyu'
Shalat sebagai meditasi tertinggi dalam Islam

Bantahan :
Kalimat 
shalat sebagai meditasi tertinggi dalam Islam Ini dapat mengandung makna bahwa ada meditasi-meditasi lain dengan berbagai tingkatan dalam Islam, karena sholat adalah meditasi yang tertinggi. Bisa jadi Puasa adalah meditasi terendah atau tersedang dalam Islam. Wallahu a'lam !

Halaman 35 alinea 1 Abu Sangkan mengatakan :
"Meditasi telah diminati oleh banyak orang diberbagai negara maju maupun berkembang, termasuk di Indonesia"
Bantahan :
Sholat ibadah yang utama dalam Islam. Dalam hal ibadah, Rasulullah selalu memerintahkan untuk harus berbeda dengan cara agama lain. Bukan mencontoh atau mengadopsi cara agama lain.

Halaman 46 alinea 4 pernyataannya :
Barangkali kita dapat mengambil pelajaran dari prinsip tai chi
Bantahan :
Tidak boleh mengambil pelajaran dari prinsip agama lain. Karena ini adalah masalah ibadah, kecuali ada keterangan atau dalil yang memerintahkan. Islam mempunyai prinsip dan jati diri yang berbeda dengan agama lain. Islam "ya'lu wala yu'la alaihi". Tidak ada adopsi atau kesetaraan Islam dengan agama lain.

Halaman 81 pernyataannya :
"Pikiran dan tubuh adalah bentuk padat dari bunyi sehingga di dalam latihan ini diharapkan setiap gerak merupakan salah satu cara menghubungkannya kepada Vibrasi yang lebih besar. Gerak yang bersatu dengan vibrasi alam serta vibrasi iman(keyakinan) yang dihubungkan dengan vibrasi kehendak Ilahi melalui nama-Nya yang agung".
Bantahan :
Saya tidak mengerti apakah maksud gerak yang bersatu tersebut, adalah adanya konsep penyatuan (wihdatul wujud, hulul). Wallahu a'lam !


Halaman 86 pernyataannya:
"Lepaskan pelan-pelan ruh Anda (Aku) lalu bergeraklah untuk hadir menuju Zat Yang Maha Tak Terhingga. Diamlah sejenak sehingga Anda merasakan betul pergerakan ruh itu mendesir keluar hingga muncul kesadaran".
Bantahan :
Abu Sangkan membiarkan ruh melanglang buana lepas dari jasad ketika kondisi sedang sholat, apakah ini dapat dikatakan khusyu' ? kenyataannya hanyalah pikiran yang berkonsentrasi membayangkan seakan-akan ruh keluar dari jasad.

Halaman 87 pernyataannya:
"Sebenarnya kita melakukan shalat adalah untuk melatih ruhani dan fisik, sebagaimana orang-orang melatih dirinya dengan meditasi yoga atau yang lainnya"
Bantahan :
Abu Sangkan banyak terinspirasi pola beribadah agama lain (tasyabbuh), di dalam Islam tidak dikenal istilah meditasi, tai chi, dan yoga

Halaman 132 pernyataannya :
"Ajaran ini bersifat pribadi" (maksudnya shalat khusyu': red)
Keterangan :
Abu sangkan mengakui sendiri bahwa ajarannya adalah awalnya bersifat pribadi ini sama artinya bahwa adalah hasil kreasi dan inovasinya 
menciptakan cara shalat baru [bid'ah] dengan versi atau caranya sendiri. Di dalam DVD-nya ia mengatakan : "Shalat khusyu' menurut paradigma kami", dan juga "Shalat khusyu' menurut teori kami".

Saya berharap mudah-mudahan ajaran Abu Sangkan tidak termasuk dalam 10 kriteria Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang telah mengeluarkan fatwa sesatnya suatu ajaran , yaitu fatwa no.9 apabila; " Merubah, Menambah Dan Atau Mengurangi Pokok-pokok Ibadah Yang Telah Ditetapkan Oleh Syari'ah. Dan fatwa terbaru MUI bahwa Yoga adalah cara beribadah agama lain.


Halaman 98 pernyataannya :
Assalamu'alaika ayyihannabiyyu warahmatullahi wabarakaatuhu, dan Assalamu'alaina wa'ala 'ibadillahish shalihin. Ucapkanlah salam kepada ruh kita semua dan ruh hamba-hamba yang saleh yang berada di sisi Allah.
Bantahan :
Sepengetahuan saya setelah Rasulullah wafat, dalam tasyahud para sahabat tidak lagi mengucapkan "Assalamu'alaika ayyuhannabiyyu", tetapi mereka mengucapkan "Assalamu'alan nabiyyi", hal ini telah dijelaskan lewat hadits 'Aisyah lewat Bukhari No. 831, 835, 1202 dan Muslim no. 402.

Al Hafizh Ibnu Hajar berkata : "Pada sa'at Nabi masih hidup, para sahabat mengucapkan "Assalamu'alaika ayyuhannabiyyu" , tetapi setelah beliau wafat , mereka tinggalkan kata "ka" sehingga menjadi "Assalamu'alan nabiyyi". Wallahu a'lam !

Halaman 93. Praktek sujud. Pernyataannya : 
"Lakukan sujud sehingga sempurna. Bagi laki-laki, kedua siku hendaknya agak direnggangkan dari pinggang. Demikian pula, hendaknya direnggangkan jarak antar kedua kaki. Sebaliknya bagi wanita, hendaknya merapatkan antara kedua kakinya. Bagi laki-laki, sebaiknya bersujud dengan perut agak terangkat. Sebaliknya bagi wanita, sebaiknya bersujud dengan lebih merapatkan perut dengan pahanya".
Bantahan :
Saya belum menemukan keterangan hadits shahih yang menjelaskan keadaan demikian, kecuali keterangan yang tidak ada asal usulnya dan dari Abu Sangkan. Wallahu 'alam !

Halaman 110. Alinea 1 dan 2; Abu Sangkan menerangkan cara pengobatan kepada seseorang yang menderita sakit. Pernyataannya :
"Amati terus sampai Anda mengetahui dengan jelas apa penyakit yang dideritanya atau sampai Anda mendapat petunjuk untuk kesembuhan si penderita. Jangan berhenti sebelum getaran itu berhenti sendiri. Kemudian ulangi sekali lagi agar daya itu betul-betul sudah selesai".
Bantahan :
Saya tidak tahu apakah itu dengan cara ruqyah versi Abu Sangkan ?Wallahu 'alam !
Halaman 95. Unsur tasawwuf (kasyaf) dan filsafat (akal dan logika) sangat kental mewarnai isi buku yang ditulisnya.
Bantahan : 
Seharusnya apabila ada seseorang yang mengaku kasyaf, maka ia harus menguji kebenarannya dengan tuntunan al Qur'an dan as Sunnah shahihah, ijma' dan fiqh dari para Imam yang mu'tabar*. Sebab hasil kasyaf bukanlah sebagai syari'at tambahan. Karena Islam sudah sempurna. Tidak perlu penambahan syari'at. Agama memberikan kepada akal untuk membenarkan (tasdieq) atas wahyu, bukan akal yang menjustifikasi agama. Sehingga apabila ada hal agama yang tidak sesuai dengan akalnya maka di tolak. Atau dalam kata lain beragama berdasarkan akal saja. Wallahu 'alam !

*) menurut Syaikh Abdul Qadir Jailani (Tariqat Qadiriyyah) dan Syaikh Ahmad Sirhindi (Mujaddid, Tariqat Naqsabandiyah)

Halaman 90 :
Sebuah kisah terjadi pada peristiwa Sayyidina Ali, disa'at tubuhnya tertusuk anak panah. Beliau merasakan kesakitan ketika anak panah dicabut oleh sahabat yang lain. Karena tidak tahan dengan sakitnya, maka beliau memutuskan untuk shalat dua raka'at sambil memesan kepada sahabatnya: "Cabutlah anak panah ini di sa'at saya sedang shalat." Sungguh ajaib beliau tidak merasakan kesakitan sama sekali…..
Bantahan :
Bandingkan dengan sebuah kisah juga, bahwa Rasulullah menanyakan kepada para sahabat. "Barang siapa yang shalatnya bisa Khusyu', maka ia akan mendapat hadiah selendang dari saya", Kata Rasulullah. Maka shalatlah Sayyidina Ali. Setelah beliau shalat, maka beliau berkata kepada Rasulullah," Ya Rasulallah, sesungguhnya aku tidak bisa khusyu', sebab yang ada dalam benakku hanyalah hadiah selendang yang akan engkau berikan…..

*)catatan : Walaupun kedua kisah tersebut belum saya temui dalam kitab-kitab hadits. Tapi mudah-mudahan nanti dapat menemukan dari mana sumber dari kedua kisah tersebut.


Wallahu a'lam
Anwar Baru Belajar

No response to “Penyimpangan Abu Sangkan Dengan Bukunya : Pelatihan Sholat Khusyu'”

Posting Komentar

- popular posts -

- followers -