
maka jagalah shalat tersebut.
Shalat itu ialah Witir.
(HR Ahmad dan dishahîhkan Syaikh al-Albâni
dalam Irwa‘ al-Ghalîl, 2/159)
Karenanya, kita perlu mengetahui hukum-hukum seputar shalat Witir ini, agar dapat mengamalkannya sesuai ajaran dan tuntunan Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam.
HUKUM SHALAT WITIR
1. | Hadits Ibnu Umar :![]() Dari Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam, beliau berkata: “Jadikanlah akhir shalat kalian di malam hari dengan Witir”. (Muttafaqun ‘alaihi) Dalam hadits ini menunjukkan adanya perintah menjadikan shalat witir sebagai penutup shalat malam. Ibnu Daqîqi al-’Iid menyatakan, orang yang mewajibkan shalat witir berdalil dengan bentuk perintah (dalam hadits ini). Seandainya mereka berpendapat wajibnya shalat witir pada akhir shalat malam, maka itu lebih tepat”.[3] |
2. | Hadits Abu Ayyûb al-Anshâri : ![]() "Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda: 'Shalat Witir wajib bagi setiap muslim. Barang siapa yang ingin berwitir dengan lima rakaat, maka kerjakanlah; yang ingin berwitir tiga rakaat, maka kerjakanlah; dan yang ingin berwitir satu rakaat, maka kerjakanlah!'” (HR Abu Dawud, an-Nasâ`i dan Ibnu Mâjah, dan dishahîhkan Syaikh al-Albâni dalam Shahîh Sunan Abu Dâwud, no. 1421) |
3. | Hadits Abu Bushrah al-Ghifâri : ![]() "Sesungguhnya Allâh telah menambah untuk kalian satu shalat, maka jagalah shalat tersebut. Shalat itu adalah Witir. Maka shalatlah di antara shalat Isya‘ sampai shalat fajar." (HR Ahmad dan dishahîhkan Syaikh al-Albâni dalam Silsilah Ahadits ash-Shahîhah, no. 108 (1/221)) |
Namun ada juga dalil lain yang memalingkannya dari perintah-perintah dalam dua hadits di atas, yaitu sebagaimana hadits Ali bin Abi Thâlib radhiyallâhu'anhu, beliau berkata:

namun ia adalah sunnah yang disunnahkan Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam."
(HR an-Nasâ‘i. Dishahihkan Syaikh al-Albâni
dalam Shahîh Sunan an-Nasâ‘i, 1/368 dan Shahih al-Jâmi’, no. 7860)
Demikian juga keumuman hadits Thalhah bin Ubaidillâh radhiyallâhu'anhu berikut:

mendatangi Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam dalam keadaan rambut kusut,
terdengar gema suaranya yang tidak jelas
dan tidak dimengerti apa yang dikatakannya hingga dekat.
Ternyata ia bertanya tentang Islam,
maka Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam menjawab:
'Shalat lima waktu sehari dan semalam,'
lalu ia bertanya lagi:
'Apakah ada yang lainnya atasku?'
Beliau Shallallâhu 'Alaihi Wasallam menjawab,
'Tidak, kecuali bila engkau mngerjakan shalat sunnah'."

(HR al-Bukhâri)
WAKTU SHALAT WITIR
tahun 294 H) mengatakan:
1. | Hadits ‘Aisyah radhiyallâhu'anha, beliau berkata:![]() "Dahulu, Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam shalat antara setelah selesai shalat Isya‘, yaitu yang disebut oleh orang-orang dengan - al-’atamah - sampai fajar sebelas rakaat dengan salam setiap dua raka’at dan berwitir satu raka’at. (HR Muslim) |
2. | Hadits Abu Bushrah al-Ghifâri terdahulu yang berbunyi :![]() "Maka shalatlah di antara shalat Isyâ‘ sampai shalat fajar." (HR Ahmad dan dishahihkan Syaikh al-Albâni dalam Silsilah Ahâdits ash-Shahîhah, no. 108 (1/221)) |

apabila salah seorang di antara kalian khawatir Subuh,
maka ia shalat satu raka’at sebagai witir bagi shalat yang telah dilaksanakannya.
(HR al-Bukhâri dan Muslim)
WAKTU YANG DIUTAMAKAN

'Jadikanlah akhir shalat kalian di malam hari dengan Witir.'"
(Muttafaqun ‘alaihi)
Sedangkan waktunya tergantung kepada keadaan pelakunya. Yang utama, bagi seseorang yang khawatir tidak bisa bangun pada akhir malam, maka ia mengerjakannya sebelum tidur. Adapun seseorang yang yakin dapat bangun pada akhir malam, maka yang utama dilakukan di akhir malam.

maka witirlah di awalnya.
Dan yang yakin akan bangun di akhir malam,
maka witirlah di akhir malam;
karena shalat di akhir malam disaksikan dan itu lebih utama.
(HR Muslim)
JUMLAH RAKAATNYA

Barang siapa yang ingin berwitir dengan lima raka’at, maka kerjakanlah.
Yang ingin berwitir tiga raka’at, maka kerjakanlah;
dan yang ingin berwitir satu raka’at, maka kerjakanlah!"
(HR Abu Dâwud, an-Nasâ‘i dan Ibnu Mâjah,
dan dishahîhkan Syaikh al-Albâni
dalam Shahîh Sunan Abu Dâwud, no. 1421)
Sedangkan perincian dan tata caranya ialah sebagai berikut :
1. | Shalat Witir satu raka’at. Hal ini didasarkan pada hadits Abu Ayyûb di atas yang berbunyi: ![]() "Dan yang ingin berwitir satu raka’at, maka kerjakanlah!" (HR Abu Dâwud, an-Nasâ‘i dan Ibnu Mâjah) | ||||
2. | Shalat Witir tiga raka’at. Shalat Witir tiga raka’at boleh dilakukan dengan dua cara :
| ||||
3. | Shalat Witir lima raka’at. Shalat Witir lima raka’at dapat dilakukan dengan dua cara :
| ||||
4. | Shalat Witir tujuh raka’at. Shalat Witir tujuh raka’at dapat dilakukan dengan dua cara.
| ||||
5. | Shalat Witir sembilan raka’at. Demikian juga shalat Witir yang sembilan raka’at, ialah sebagai berikut :
|
BACAAN KETIKA SHALAT WITIR
- Surat al-A’lâ, pada raka’at pertama.
- Surat al-Kâfirûn pada raka’at kedua.
- Surat al-Ikhlas pada raka’at ketiga.
Dalil tentang hal ini dijelaskan dalam hadits Ubai bin Ka’ab yang berbunyi:

membaca dari shalat witirnya surat al-A’la,
dan pada raka’at kedua membaca surat al-Kaafirun,
dan rakaat ketiga membaca Qul Huwallahu Ahad.
Beliau tidak salam kecuali di akhirnya.
(HR an-Nasâ’i dan dishahîhkan Syaikh al- Albâni
dalam Shahih Sunan an-Nasâ’i, 1/372)
Demikian, pembahasan seputar shalat Witir secara ringkas. Insya Allâh, pembahasan shalat Witir ini akan bersambung dengan pembahasan Qunut dalam Witir. Semoga bermanfaat.
Maraji‘:
- Majmu’ Fatâwâ Ibnu Taimiyah.
- Manhaj as-Sâlikîn wa Taudhîh al-Fiqh fi ad-Dîn, ‘Abdur-Rahmân bin Nâshir as-Sa’di, Tahqîq: Muhammad bin Abdul-’Azîz al-Khudhairi, Dar al-Wathan, KSA. Cetakan Pertama, Tahun 1421.
- Mukhtashar Kitab al-Witri Abu Abdillah Muhammad bin Nashr al-Marwazi. Diringkas oleh Ahmad bin ‘Ali al-Maqrizi (wafat tahun 845), Tahqiq: Ibrahim Muhammad al-’Ali dan Muhammad Abdullah Abu Sha’lik, Maktabah al-Manar, Yordania, Cetakan Pertama, Tahun 1413.
- Shahîh Fikih Sunnah, Abu Mâlik Kamâl bin Sayyid Sâlim, al-Maktabah al-Tauqifiyah, Mesir, tanpa tahun.
- Silsilah al-Ahâdits ash-Shahihah wa Syai’un min Fiqhihâ wa Fawâidihâ, Syaikh al-Albâni, Maktabah Al Ma’arif, Riyâdh, KSA, Cetakan Pertama, Tahun 1417 H.
- Dan lain-lain.

[1] | Shahîh Fikih Sunnah 1/381. |
[2] | Manhaj Sâlikîn, hlm. 75. |
[3] | Ihkâm al-Ahkâm, 2/82. |
[4] | Manhaj as-Sâlikîn, hlm. 75. |
[5] | Silsilah al-Ahâdits ash-Shahîhah, 1/222. |
[6] | Mukhtashar Kitab al-Witri Abu Abdillah Muhammad bin Nashr al-Marwazi. Diringkas oleh Ahmad bin ‘Ali al-Maqrizi (wafat tahun 845), Tahqiq: Ibrahim Muhammad al-’Ali dan Muhammad Abdullah Abu Sha’lik, Maktabah al-Manar, Yordania, Cetakan Pertama, Tahun 1413, hlm. 41. |
[7] | Manhaj as-Sâlikîn, hlm. 75. |
No response to “Shalat Witir”
Posting Komentar