قُلْ أَإِنّكُمْ لَتَكْفُرُونَ بِالّذِي خَلَقَ الأرْضَ فِي يَوْمَيْنِ وَتَجْعَلُونَ لَهُ أَندَاداً ذَلِكَ رَبّ الْعَالَمِينَ * وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ مِن فَوْقِهَا وَبَارَكَ فِيهَا وَقَدّرَ فِيهَآ أَقْوَاتَهَا فِيَ أَرْبَعَةِ أَيّامٍ سَوَآءً لّلسّآئِلِينَ * ثُمّ اسْتَوَىَ إِلَى السّمَآءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلأرْضِ ائْتِيَا طَوْعاً أَوْ كَرْهاً قَالَتَآ أَتَيْنَا طَآئِعِينَ * فَقَضَاهُنّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَىَ فِي كُلّ سَمَآءٍ أَمْرَهَا وَزَيّنّا السّمَآءَ الدّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظاً ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
Katakanlah : “Sesungguhnya patutkan kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua hari dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat demikian) itulah Tuhan alam semesta”. Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)-nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih berupa asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi : “Datanglah kamu keduanya menuruti perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab : “Kami datang dengan suka hati”. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua hari. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui [QS. Fushshilat : 9-12].
Berkata Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah :
فهذا يدل على أن الارض خلقت قبل السماء لانها كالاساس للبناء
“Ayat ini menunjukkan bahwa bumi tercipta sebelum langit, karena bumi itu bagaikan pondasi dari sebuah bangunan” [Al-Bidayah wan-Nihayah, 1/16].
Dan beliau juga berkata dalam Tafsir-nya :
“Allah menyebutkan bahwa Dia menciptakan bumi terlebih dahulu, karena bumi adalah pondasi dan pada dasarnya sesuatu itu diawali dari pondasinya baru kemudian atapnya” [Lihat Hidayatul-Hairan] oleh Asy-Syaikh Abdul-Karim Al-Humaid hal. 33].
Dan ini pulalah yang dikatakan Ibnu ‘Abbas radliyallaahu ‘anhuma sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari[1] bahwa terciptanya bumi itu sebelum langit.
Berkata Al-Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir beliau (1/215) :
وهذا ما لا أعلم فيه نزاعًا بين العلماء إلا ما نقله ابن جرير عن قتادة
“Saya tidak mengetahui adanya perbedaan pendapat dalam masalah ini, kecuali yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Jarir dari Qatadah”.
Adapun firman Allah ta’ala :
أَأَنتُمْ أَشَدّ خَلْقاً أَمِ السّمَآءُ بَنَاهَا * رَفَعَ سَمْكَهَا فَسَوّاهَا وَأَغْطَشَ لَيْلَهَا وَأَخْرَجَ ضُحَاهَا * وَالأرْضَ بَعْدَ ذَلِكَ دَحَاهَا * أَخْرَجَ مِنْهَا مَآءَهَا وَمَرْعَاهَا * وَالْجِبَالَ أَرْسَاهَا * مَتَاعاً لّكُمْ وَلأنْعَامِكُمْ
“Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allahtelah membangunnya. Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya, dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita dan menjadikan siangnya terang benderang. Dan bumi sesudah itu dihamparkan. Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhannya, dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh. (Semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu” [QS. An-Naazi’aat : 27-33].
Makna دَحَاهَا bukan menciptakan, karena Allah telah menafsirkan maknanya dalam ayat selanjutnya, bahwa makna dihyah adalah : mengeluarkan air, menumbuhkan tumbuhan, dan lainnya. Jadi proses terjadinya alam semesta adalah Allah menciptakan bumi, lalu menciptakan langit bersama matahari, bulan, dan bintang-gemintangnya; lalu setelah menyempurnakannya maka Allah mengeluarkan mata air dari bumi dan menumbuhkan tumbuhan serta lainnya. [Lihat Al-Bidayah wan-Nihayah 1/17].
Wallaahu a’lam
[Diadaptasi oleh Abu Al-Jauzaa’ dari tulisan Ustadz Ahmad Sabiq].
[1] Shahih Al-Bukhari 8/555 – Al-Fath.
No response to “Big Bang Theory”
Posting Komentar