Keutamaan Meninggal di Atas Kalimat Syahadat

بسم الله الرحمن الرحيم

Keutamaan Meninggal Dunia di Atas Dua Kalimat Syahadat

عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « مَنْ كَانَ آخِرُ كَلاَمِهِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ » رواه أبو داود وأحمد والحاكم

Dari Mu’adz bin Jabal radhiallahu ‘anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang ucapan terakhirnya (sebelum meninggal dunia) kalimat ‘Laa ilaaha illallah’ (tidak ada sembahan yang benar kecuali Allah) maka dia akan masuk surga”[1].


Hadits yang mulia ini menunjukkan keutamaan dan keistimewaan orang yang mengucapkan dua kalimat syahadat (sebagai kalimat terakhir) sebelum meninggal dunia, karena ini merupakan sebab turunnya rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada-Nya dan selamatnya dia dari azab neraka[2]. Ini juga termasuk ciri utama orang yang meraih husnul khatimah (meninggal dunia di atas kebaikan)[3].

Beberapa faidah penting yang terkandung dalam hadits ini:
- Maksud dari kalimat ‘Laa ilaaha illallah’ dalam hadits ini juga mencakup kalimat syahadat ‘Muhammadur Rasulullahí’ (Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah rasul/utusan Allah), sebagaimana yang dinyatakan dalam riwayat lain dari hadits ini[4], dan demikian keterangan dari para ulama[5].
- Berpegang teguh dengan dua kalimat syahadat dengan memahami dan mengamalkannya dengan benar adalah termasuk sebab utama untuk meraih keteguhan iman dan husnul khatimah (meninggal dunia di atas kebaikan), sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla:

{يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ}

“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ‘ucapan yang teguh’ dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki” (QS Ibrahim:27).

Makna ‘ucapan yang teguh’ dalam ayat ini adalah dua kalimat syahadat yang dipahami dan diamalkan dengan benar, sebagaimana yang ditafsirkan sendiri oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam: “ Seorang muslim ketika dia ditanya (diuji) di dalam kuburnya (oleh malaikat Munkar dan Nakir) maka dia akan bersaksi bahwa ‘tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah’ dan ‘Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allah’, itulah makna Firman-Nya: “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat””[6].
- Imam Abu Muhammad Abdul Haq bin Abdirrahman al-Isybili berkata: “Ketahuilah bahwa sesungguhnya su’ul khatimah (mati di atas keburukan) – semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala melindungi kita semua dari hal itu – tidak akan terjadi pada orang yang istiqamah/lurus (dalam amalan/penampilan) lahirnya (dengan mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam), yang (di sertai dengan) kebaikan (kesucian) dalam batinnya/hatinya, dan su’ul khatimah itu hanya akan terjadi pada seorang yang pada akal (pemikiran/pemahaman)nya ada penyimpangan, atau orang yang terus-menerus melakukan perbuatan dosa besar, dan berani melakukan kesalahan-kesalahan besar, (yang) kemudian hal-hal tersebut menguasai dirinya sampai kematian datang menjemputnya (dengan tiba-tiba) sebelum dia sempat bertobat dan kembali (kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala), maka dalam kondisi yang sangat genting dan gawat itu syaithan pun menyambarnya (menjerumuskannya), semoga Allah melindungi (kita semua) dan semoga Allah melindungi (kita semua), atau (juga) pada seorang yang istiqamah (pada mulanya), kemudian dia berubah dan meninggalkan keadaan dan kebiasaan baik tersebut, dan dalam keadaan itu syaithan pun menjerumuskannya, (yang) kemudian hal itu menjadi penyebab dia ditimpa su’ul khatimah dan akhir kehidupan yang buruk, semoga Allah melindungi (kita semua)”[7].
- Dianjurkan menuntun orang yang akan meninggal dunia dengan dua kalimat syahadat agar itu menjadi akhir ucapannya[8], sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits lain: “Tuntunlah orang yang akan meninggal dunia di antara kalian (untuk mengucapkan kalimat) ‘Laa ilaaha illallah’ (tidak ada sembahan yang benar kecuali Allah)”[9].
- Menuntun orang yang akan meninggal dunia dilakukan dengan perlahan dan tidak menyusahkannya, supaya hatinya tidak membenci kalimat syahadat dan lidahnya mengucapkan kalimat yang buruk[10]. Kemudian jika dia sudah mengucapkannya maka tidak perlu diulangi, kecuali jika setelah itu dia mengucapkan kalimat lain[11].

وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين

Kota Kendari, 20 Dzulqo’dah 1432 H
Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni




[1] HR Abu Dawud (no. 3116), Ahmad (5/247) dan al-Hakim (1/503), dinyatakan shahih oleh al-Hakim, disepakati oleh adz-Dzahabi, dan dinyatakan hasan oleh syaikh al-Albani karena dikuatkan dari jalur dan riwayat lain. Lihat kitab “Irwa-ul galiil” (3/150).
[2] Lihat keterangan imam an-Nawawi dalam “Syarhu shahiihi Muslim” (1/220).
[3] Lihat kitab “Ahkaamul jana-iz” (hal. 48).
[4] Lihat “Silsilatul ahaadiitsish shahiihah” (no. 2278).
[5] Lihat kitab “’Aunul Ma’buud” (8/267).
[6] HSR al-Bukhari (no. 4422) dan Muslim (no. 2871).
[7] Kitab “Al ‘Aaqibah fii dzikril mauti wal aakhirah” (hal. 180-181), dengan perantaraan kitab “Mahabbatur rasul bainal ittiba’ wal ibtida’” (hal. 302).
[8] Lihat kitab “Tuhfatul ahwadzi” (4/45) dan “Bahjatun naazhiriin” (2/171).
[9] HSR Muslim (no. 916 dan 917).
[10] Lihat kitab “Tuhfatul Ahwadzi” (4/45).
[11] Lihat kitab “’Aunul Ma’buud” (8/268).


Sumber : http://manisnyaiman.com/keutamaan-meninggal-di-atas-kalimat-syahadat/

No response to “Keutamaan Meninggal di Atas Kalimat Syahadat”

Posting Komentar

- popular posts -

- followers -