Bid’ah dalam Perkara Duniawi
Pertanyaan:
Wahai Sahamatus Syaikh, saya tahu adanya batasan yang rinci dalam membedakan antara sunnah dan bid’ah, namun tolong jelaskan kepada kami apa batasan antara bid’ah dalam agama dengan bid’ah dalam masalah duniawi.
Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baaz rahimahullah menjawab:
Dalam masalah duniawi, tidak ada bid’ah, walaupun dinamakan bid’ah (secara bahasa). Manusia membuat mobil, pesawat, komputer, telepon, kabel, atau benda-benda buatan manusia yang lain semua ini tidak dikatakan bid’ah walaupun memang disebut bid’ah dari segi bahasa, namun tidak termasuk bid’ah dalam istilah agama. Karena bid’ah secara bahasa artinya segala sesuatu yang belum pernah dibuat sebelumnya, itu semua disebut bid’ah. Sebagaimana dalam ayat:
بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
“Allah adalah Pencipta langit dan bumi” (QS. Al Baqarah: 117)
Maksud ayat ini yaitu Allah Ta’ala membuat mereka (langit dan bumi) yang sebelumnya tidak ada.
Demikian, secara bahasa memang istilah bid’ah secara mutlak dimaknai sebagai segala sesuatu yang belum ada sebelumnya. Andai perkara-perkara duniawi yang demikian biasanya tidak disebut sebagai bid’ah, semua itu tidak tercela walau dikategorikan sebagai bid’ah secara bahasa. Bahkan tidak diingkari, karena bukan perkara agama dan bukan perkara ibadah. Misalnya, jika kita katakan dibuatnya mobil, komputer, pesawat atau semisalnya adalah bid’ah, maka bid’ah di sini dari segi bahasa. Dan semua itu bukanlah kemungkaran dan tidak boleh diingkari. Yang diingkari adalah perkara-perkara baru dalam hal agama semisal shalawat-shalawat bid’ah, atau ibadah bid’ah lain yang. Inilah yang diingkari.
Karena syariat Islam harus dibersihkan dari bid’ah. Yang menjadi syari’at Islam adalah apa yang telah disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya, bukan apa yang diada-adakan oleh manusia baik berupa shalawat, puasa, atau ibadah lain yang tidak disyariatkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Karena agama ini telah sempurna, sebagaimana firman Allah Ta’ala,
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu” (QS. Al Ma’idah: 3)
Sumber: Fatawa Nuurun ‘Ala Ad Darb juz 3 halaman 21
—
Penerjemah: Yulian Purnama
Artikel Muslim.Or.Id
- popular posts -
-
بسم الله الرحمن الرحيم al-Hasiib, Yang Maha Memberi Kecukupan Dasar penetapan Nama Allah Subhanahu wa Ta’ala yang maha a...
-
Bismillah, Kitab Durrotun Nashihin (Mutiara-mutiara Nasihat) tidak bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah, apalagi sebagai pegangan d...
-
Tanya : Doa bersama lintas agama pada momen-momen tertentu kini tampaknya mulai menjadi tren. Bagaimana sesungguhnya sikap kaum Muslim yan...
-
Oleh Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat HADITS PERTAMA : TENTANG GANJARAN ORANG YANG MELAKSANAKAN IBADAH PUASA DAN SHALAT TARAWIH عَ...
-
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Seseorang yang mendengarkan adzan, hendaklah mengucapkan sebagaimana yang diucapkan oleh m...
-
Oleh : Al Akh Fikri Abul Hassan Peran Islam dalam menjaga dan memuliakan kaum wanita sarat akan hikmah dan bertumpu pada asas keadilan. Mak...
-
Bismillaah, Doa shalat dhuha begitu sangat populer dan banyak diamalkan oleh sebahagian kaum muslimin, namun benarkah doa ini memang ada ...
-
Al Umm, Kitab Yang Ditulis oleh Imam Syafi'i rahimahullahu ta'ala. Bab. Niat Pada Shalat فقال لنبيه صلى الله عليه وسلم " ...
-
Di posting kali ini kita mencoba membahas tentang masalah shalat, karena shalat itu sangat penting bagi umat islam. Shalat itu membedakan an...
-
Oleh : Ustadzah Ummu Ishaq Zulfa Husen Al-Atsariyyah Bismillah, Setiap amalan yang disyariatkan dalam Islam memiliki batasan-batasan. Ha...
No response to “Bid’ah dalam Perkara Duniawi”
Posting Komentar