Untuk Hatiku dan Hati Hati Para Pencari Ilmu

Dari Hudzaifah rodhiyallohu’anhu, beliau berkata : Aku mendengar Rosululloh Shallallohu ‘Alaihi Wassalam bersabda :

“Fitnah-fitnah akan mendatangi hati bagaikan anyaman tikar yang tersusun seutas demi seutas. Maka hati mana saja yang menyerapnya akan ditorehkan padanya satu titik hitam. Dan hati mana saja yang mengingkarinya akan ditorehkan padanya satu titik putih hingga menjadilah keadaan dua jenis hati tadi, hati yang sangat putih bagaikan batu putih yang sangat licin, tidak akan ada satu fitnahpun yang akan memudharatkannya selama langit dan bumi masih ada. Sedangkan hati yang lain adalah hati yang hitam dan kotor, baikan gelas yang terbalik. Hati yang tidak mengetahui perkara yang ma’ruf dan tidak pula mengingkari perkara yang mungkar, kecuali yang mencocoki hawa nafsunya” (HR. Al Imam Muslim no 144)

Ibnu Qayim rohimahulloh berkata :

“ALLOH menyerupakan datangnya fitnah ke hati sedikit demi sedikit saperti anyaman tikar yang disusun seutas demi seutas. Dan ALLOH membagi hati di saat datangnya fitnah-fitnah tadi menajdi dua jenis hati, yakni hati yang datang padanya fitnah, maka dengan serta merta menyerapnya sebagaimana batu apung yang menyerap air sehingga hati tadi menghitam dan terbalik. Inilah makna sabda beliau “bagaikan gelas yang terbalik/tertelungkup”.


Jika keadaan hati tersebut sudah menghitam dan terbalik maka akan muncul dengan sebab dua penyakit tadi, dua penyakit berikutnya yang sangat berbahaya yang saling menyeret orang tertimpanya untuk dilemparkan ke dalam kebinasaan. Dua penyakit tersebut adalah :

1. Tersamarkannya antara perkara yang ma’ruf (baik) dengan perkara yang mungkar, sehingga hati tersebut tidak bisa mengenali perkara ma’ruf dan tidak pula bisa mengingkari perkara yang mungkar. Bahkan terkadang penyakit tadi semakin mengacaukan keadaan hati tersebut sehingga dia meyakini perkara yang ma’ruf itu sebagai perkara yang mungkar sebagai sesuatu yang ma’ruf. Sunnah diyakini sebagai perkara yang bid’ah dan bid’ah diyakini sebagai suatu sunnah. Serta menganggap kebenaran sebagai suatu kebatilan, dan kebatilan diyakini sebagai kebenaran.

2. Adapun penyakit yang kedua adalah menjadikan hawa nafsunya sebagai hakim (penentu) dalam menghadapi apa yang dibawa oleh Rosululloh Shallallohu’Alaihi Wassalam dan senantiasa tunduk dan mengikuti hawa nafsunya.

Jenis hati yang kedua adalah hati yang putih (cemerlang) yang memancarkan cahaya iman dan berhiaskan cahaya tersebut. Jika fitnah mendatangi hati jenis kedua ini, serta-merta hati tersebut akan mengingkari dan menolaknya, sehingga hati tersebut semaikn kuat dan bercahaya.

Sesungguhnya fitnah-fitnah yang mendatangi hati merupakan sebab yang menjadikan sakitnya hati. Fitnah-fitnah tersebut adalah fitnah syahwat (hawa nafsu) dan fitnah syubhat (keracunan). Atau dengan istilah lain fitnah penyelewengan dan kesesatan ; fitnah maksiat dan bid’ah dan fitnah kedzaliman dan kebodohan.

Fitnah jenis pertama (yaitu fitnah syahwat) menyebabkan rusaknya niat adan keinginan seseorang dalam beramal.

Sedangkan fitnah jenis kedua (fitnah syubhat) menyebabkan rusaknya ilmu (pemahaman) dan I’tiqad (keyakinan) (Ighatsatul lahfan min mashayidisy syaithan 1/17).

Aku katakan (penulis-red) : dan hadist ini merupakan seruan nabawiyah agar kita berusaha untuk menjaga hati-hati kita. Betapa butuhnya kaum muslimin untuk menyambut seruan tersebut dan mengigitnya dengan gigi geraham (memeganginya dengan sekuat-kuatnya)

Disalin dari : At-Tanbihul Hasanu fi Mauqil Muslim minal Fitan (Pedoman Seorang Muslim dalam Menghadapi Badai Fitnah) Asy Syaikh Muhammad bin ‘Abdillah al-Imam

Penerjemah : Abu Hamzah Kaswa_Ash Shaf Media

Untuk Hatiku dan Hati Hati para pencari ilmu...

No response to “Untuk Hatiku dan Hati Hati Para Pencari Ilmu”

Posting Komentar

- popular posts -

- followers -